5 Tradisi Unik di Bali dari Ngaben Tikus hingga Omed-omedan yang Masih Dilestarikan

Post By : Administrator

05 | 06 | 2023

Bali - Sebagai salah satu destinasi wisata dunia, Bali menawarkan objek wisata yang memanjakan wisatawan. Namun, tak hanya terkenal Bali juga mempunyai segudang tradisi yang masih dilestarikan hingga kini.

Jadi, selain mengunjungi objek wisata alam, wisatawan juga bisa menyaksikan tradisi di Bali, yang tentunya memberikan pengalaman liburan tak terlupakan. Berikut lima tradisi unik di Bali, yuk simak selengkapnya!

  • Ngaben Tikus

Ngaben Tikus merupakan salah satu tradisi unik yang dilaksanakan di Kabupaten Badung dan Tabanan. Salah satunya, Desa Adat Bedha, Tabanan, yang telah melaksanakan tradisi tersebut sejak 1965.

Ngaben Tikus atau Ngaben Bikul adalah tradisi upacara Nangluk Mrana. Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, sebagaimana diuraikan dalam buku Nangluk Mrana karangan Tjokorda Raka Krisnu, Nangluk berarti emapangan, tanggul, pagar, atau penghalang. Sedangkan, Mrana artinya hama atau bala penyakit yang merusak tanaman.


Tujuan pelaksanaan tradisi Ngaben Tikus untuk mengusir hama tikus yang kerap menyerang tanaman padi milik warga. Masyarakat akan bersama-sama memburu tikus di sekitar persawahan, kemudian dibuatkan bade dan sarana upacara lainnya.

  • Mekare-kare

Mekare-kare atau lebih dikenal dengan nama Perang Pandan merupakan rangkaian pelaksanaan Usaba Sambah. Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap tahun di Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem.


Tradisi ini sebagai penghormatan yang dilakukan masyarakat Tenangan terhadap Dewa Indra atau Dewa Perang. Masyarakat setempat tidak mengenal kasta dan menganggap Dewa Indra sebagai dewa dari segala dewa.


Tradisi Mekare-kare disebut sebagai Perang Pandan karena menggunakan pandan berduri sebagai senjata. Selain itu, para peserta perang akan dibekali perisai sebagai perlindungan diri yang terbuat dari bahan rotan.


Biasa diikuti kaum laki-laki, mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua. Setelah perang, setiap peserta yang mengalami luka akan diobati dengan ramuan tradisional dari parutan kunyit, lengkuas, dan minyak kelapa.

  • Omed-omedan

Omed-omedan tradisi Nyepi yang terkenal dari Banjar Kaja Sesetan, Denpasar Selatan. Dilansir dari laman denpasarkota.go.id, sesuai penggalan lirik lagu Omed-omedan, "Omed-omedan, saling kedengin, saling gelutin. Diman-diman", tradisi ini terdiri dari peluk, cium, siram, dan saling tarik.


Omed-omedan dilakukan oleh muda-mudi Banjar Kaja Sesetan yang bertujuan memperkuat rasa asah, asih, dan asuh antarwarga. Tradisi diawali dengan persembahyangan bersama di pura dan dilanjutkan pementasan Barong Bangkung Jantan dan Betina.


Dulu tradisi omed-omedan sempat dihentikan, namun terjadi kejadian aneh dua ekor babi berkelahi di depan pelantaran pura. Warga pun menganggap kejadian tersebut sebagai pertanda buruk, sehingga sejak saat itu tradisi omed-omedan kembali dilaksanakan hingga sekarang.


  • Nyakan Diwang

Nyakan Diwang merupakan salah satu tradisi unik dari Kecamatan Banjar, Buleleng. Tradisi Nyakan Diwang serangkaian hari raya Nyepi yang dilaksanakan dengan kegiatan nyakan (menanak nasi) di luar rumah atau pinggir jalan.


Tradisi ini telah dilaksanakan sebagai bentuk pembersihan rumah, khususnya penyepian dapur di masing-masing keluarga. Selain itu, Nyakan Diwang juga menjadi alat pemupuk kekerabatan antarwarga karena dibarengi tradisi saling mengunjungi tetangga.


Pelaksanaan tradisi Nyakan Diwang dilaksanakan serentak pada pukul 03.00 Wita, tanpa ada komando seluruh krama desa akan keluar rumah. Sedangkan, kunjungan atau silaturahmi ke tetangga akan dilaksanakan tepat pukul 04.00 Wita di sela-sela kegiatan menanak nasi.

  • Siat Sambuk

Tradisi Siat Sambuk dari Tabanan, tepatnya Banjar Pohgending, Desa Pitra, Kecamatan Penebel. Tradisi tersebut dilaksanakan pada waktu sandikala atau sebelum matahari terbenam sehari sebelum hari raya Nyepi.


Tradisi Siat Sambuk terdiri dari dua pasukan yang dibagi menjadi Wong Kaja (Kelompok Utara) dan Wong Kelod (Kelompok Selatan). Masing-masing pasukan menyiapkan amunisi berupa serabut kelapa yang telah dibakar dan membara untuk berperang.


Uniknya, tidak pernah ada yang terluka sepanjang pelaksanaan tradisi ini. Setelah tradisi Siat Sambuk selesai akan dilanjutkan dengan berkumpul di pertigaan desa untuk nunas titra dan berjabat tangan, sehingga tidak membawa sisa dendam setelah berperang.

0 Comment

Share Button

Click Signup or login to Comment

© 2024 Info Berita Bali • All rights reserved • Love from Bali.